Ad

6/8/12

Gowes Ke Curug Luhur Part II


Setelah makan pagi, ngeteh, dan merokok, gowesrut (goweser carut marut) bersiap melanjutkan perjalanan ke Curug Luhur-Bogor. Pagi itu, 7 Juni 2012, cuaca cukup cerah setelah semalaman hujan turun. Jam 7.30 gowesrut pamit pada tuan rumah. Teman bilang nanti sore jam 6-an anak buahnya mau ke slipi dekat rumahku. Klo mau nebeng naik mobil, usahakan sore sampai di rumahnya. Okelah gimana nanti..
Dengan mengucap Bismillah, gowesrut mengayuh pedal ke arah jalan raya Parung Bogor seorang diri. Ada sekitar 7-8 km jarak ke pasar parung (malah kata teman 10-12 km). Jalan sedikit menanjak utk sampai ke pasar parung. Jam 8.15 gowesrut sampai di prapatan parung, lalu belok kanan menyusuri jalan raya Parung Bogor. Semangat pun masih tinggi. Di km 19 sempat istirahat sebentar utk minum dan ambil foto.

Gunung salak dari jauh
Sayang gowesrut lupa tdk menyertakan sepeda ke foto

Tampak gunung salak tujuanku masih nun jauh di sana. Indikator baterai di hp sdh tinggal ¼. Wah, hrs menghemat baterai nih, agar nanti saat tiba di Curug bisa dpt gambar. Hp pun aku matikan (sdkt masalah dgn baterai, malam di carge, pagi cuma terisi 1/3 nya saja. Semprul).
Setelah istirahat minum 2 menit, gowesrut lanjut menghentakkan pedal menyusuri jalan raya Parung Bogor. Jalan terus menanjak namun landai. Jadi agak kasat mata, hanya terasa pada saat kita menggowes. Ketemu pertigaan menuju Atang Sanjaya, gowesrut belok kanan ke jalan raya Semplak. Melalui komplek TNI AU gowesrut terus melaju. Ketemu prapatan lampu merah, gowesrut belok kanan lagi ke jalan KH Abdullah bin Nuh, jalan tembus ke jalan raya Dermaga. Dari lampu merah jalan menurun. Lumayan dapat bonus.. Namun bonus harus dibayar dengan tanjakan berkah di depannya. Setelah melalui jembatan, tanjakan berkah yg cukup tinggi dan panjang menghadang di depan. Gowesrut pun cuma sanggup menggapai ½ nya saja. Napaspun ngos-ngosan, terpaksa istirahat dulu utk minum. Jam telah menunjukan pukul 9.47. Berarti sdh 2 jam lebih aku menggenjot sepeda sejak dari rumah teman. Pantatpun sdh mulai terasa tepos dan panas.
Stlh 10 menit istirahat, gowesrut melanjutkan perjalanan. Sepeda pun dituntun sampai akhir tanjakan berkah (kata pengganti utk istilah tanjakan setan/ tanjakan jahanam  ). Stlh tanjakan, gowesrut kembali mendapat bonus sampai ujung jalan ini. Di pertigaan jln dermaga, gowesrut belok kanan menuju arah kampus IPB. Dari pertigaan ini gowesrut pun msh mendapat bonus turunan sampai depan kampus IPB. Stlh pintu gerbang kampus IPB jalan sdkt menanjak tp tdk tinggi. Gowesrut msh sanggup menggowes sampai akhirnya dpt bonus lagi, sampai di pertigaan Cibanteng. Di pertigaan ini gowesrut bertanya, klo mau ke Curug Luhur bisa ga lewat jalan ini. Di pertigaan satu lagi aja mas, nanti ada angkot bertuliskan Tumaritis, belok kiri. Stlh pertigaan Cibanteng jalan sedikit menanjak sekitaran 15-an derajat. Cukup panjang, tp stlh itu ada bonus lagi sampai pertigaan Cinangneng.
Dipertigaan ini (ada plang perumahan Griya Salak Endah) ada angkot ngetem, ga ada nomer angkotnya dan ga ada tulisan dari mana ke mana. Hampir semua angkot pada jurusan ini seperti itu, dan hampir rata2 cuma ada tulisan Tumaritis. Gowesrut pun belok kiri, mengikuti rute angkot ini. Jam telah menunjuk angka 10.30. Memasuki jalan ini gowesrut sdh ditantang dgn tanjakan berkah sekitar 30-an derajat dan berbelok. Cukup panjang tanjakan ini, sehingga terpaksa gowesrut menuntun sang sepeda yg ogah digenjot.. he..
Selepas tanjakan ini jalan msh menanjak, tp tdk terjal. Gowesrut pun kembali menggowes sepeda sampai kembali menemui tanjakan berkah sekitar 25-an derajat. Kembali aku tuntun sepeda sambil ngos-ngosan. Setelah tanjakan ini, gowesrut mulai merasakan kelelahan fisik, karena sdh lebih dari 3 jam aku menggowes sepeda. Mana usia sdh kepala 4 lbh, yg tentunya onderdilnya sdh jauh berbeda pd jaman keemasan..  ☺☺ . Perut sdkt berasa mual. Aku hrs istirahat dulu sambil makan nih. Sambil menggowes pelan, aku berharap di depan ada warung nasi. Dan, twing.. entah di kampung apa (lupa nanya), aku menemui warung nasi, warung mie, dan warung rokok. Aku pun berniat utk makan agar stamina bisa pulih. Namun entah kenapa rasanya aku tidak nafsu utk makan. Pdhal perut sdh mulai terasa lapar dan tenaga sdh terasa loyo sekali. Jam telah menunjuk angka 11 saat itu. Dan terik sinar maahari begitu menyengat siang itu. Karena tdk nafsu makan, aku cuma memesan segelas teh manis dan mencaplok 4 gorengan yg sebenarnya agak malas kutelan. Agar tenaga tdk drop banget, aku paksakan jg menelan 4 tempe goreng itu. Teh manis dan 4 tempe goreng cuma 4 rb.

Istirahat dalam perjalanan menuju Curug Luhur
Istirahat di warung mie instant
Setelah ½ jam istirahat, gowesrut pun melanjutkan perjalanan. Tapi, ups, otot2 kaki rasanya kaku semua. Aku pun menjalankan sepeda perlahan dulu agar otot kaki lemas. Stlh 5 menit-an otot kaki mulai sdkt lemas, dan aku pun mulai menggowes seperti biasa. Jalanan terus menanjak tanpa ada jalan datarnya. Terus kukayuh pedal ini, walau tenaga rasanya sdh lelah sekali. Aku harus sampai! Tekadku.
Alhamdulillah dpt bonus sekali turunan, tp rupanya ini jalur roller coaster, karena di ujung turunan harus dibayar dengan tanjakan terjal. Walah.. Semakin jauh, kondisi fisikpun semakin lemah. Pikiran mulai mengajak utk kembali pulang saja. Tapi tidak, sudah tanggung! Jam 12 siang aku ingin istirahat dulu di masjid sambil menunaikan lima waktu. Karena masjid blm buka, aku beristirahat dulu di saung pinggir jalan sambil rebahan.

jalan menuju Curug Luhur dari Cinangneng
Jalan ini sebenarnya tanjakan terjal. Tapi karena kurang
profesional dalam mengambil gambar, jalanpun tampak datar.
Panasnya tampak terik walau kelihatan ada awan.
Sangat menguras tenaga berjalan di bawah terik begini
Stlh terdengar suara adzan, aku pun putar kembali menuju masjid di bawah itu (dlm foto di atas). Kena air wudhu sdkt memberikan rasa  segar pd tubuh yg sdh loyo sekali.

Stlh sholat jamak dan beristirahat ½ jam, pikiran pun mulai berkecamuk antara pulang atau lanjut. Yakin, klo saat itu aku kerja mengantar sesuatu pake sepeda dari Parung ke Curug Luhur, aku sdh berhenti krj saat itu juga.. ☺

Stlh perang bathin, akhirnya kuputuskan terus lanjut. Selama tubuh ini msh bisa berdiri, aku akan terus berjuang sampai titik darah penghabisan! ☺☺
Perjalanan kali ini byk sekali berhentinya. Entah berhenti brp belas kali. Tapi aku berhenti sambil tetap berdiri memegang sepeda utk mengatur napas sekitar 2-3 menit saja. Kadang sambil utk mengambil gambar.


Jalan ke Curug Luhur dari Cinangneng
Panas terik membuat tubuh cepat drop
Siang itu udara memang sangat panas sekali. Disamping gowesrut sdh menggenjot pedal selama 5 jam, ditambah jalan yg tak ada belas kasihan, menanjak dan menanjak terus, perut laper tapi ga nafsu makan, lengkap sdh penderitaanku.. Kondisi gowesrut saat itu seperti ikan lele yg sdg megap2.. Keringatpun bercucuran sampai ransel yg kugendong ikut basah.
Jam 1 siang gowesrut melihat warung soto ayam entah di kampung apa. Kayanya boleh juga nih makan soto, saat mulut terasa pahit dan hambar. Akhirnya gowesrut memesan soto, dan memaksakan diri utk menghabiskannya. Mulut memang sdh terasa hambar menerima makanan. Perut pun sdkt mual karena kelelahan. Tp gowesrut ttp hrs makan agar tubuh tdk droop. Gowesrut jg minum 3 gelas air utk menghindari dehidrasi.


Warung soto menuju Curug Luhur
Istirahat di warung bakso dan soto
Saat makan gowesrut sempat menyesali diri, kenapa kemarin tdk menginap di Bogor saja seperti rencana awal bersama teman. Jadi saat memasuki jalan Cinangneng kondisi badan masih segar dan belum panas terik. Lebih enak lagi klo dari Jakarta naik mobil/truk, baru mulai gowes dari pertigaan Cinangneng seperti pengalaman teman2 yg diceritakan di web. Wong ga biasa gowes jarak jauh koq nekat.. Tp ya sudahlah, nasi telah menjadi soto. Makan sajalah..
Aku bertanya pada ibu penjual soto, klo naik angkot dari depan (jalan dermaga) ke terminal/ujung jalan ini, berapa ya ongkosnya? Lima ribu mas, kata si ibu. Murah ya. Coba klo gowes sepeda, cape bangeett..
Setelah 20 menit istirahat makan, dan membayar soto 8 rb (+ tempe goreng 1), gowesrut mencoba melanjutkan perjalanan.
Seperti sebelumnya, klo sdh ngos-2an gowesrut beristirahat 1-3 menit utk mengatur nafas sambil tetap berdiri. Kadang sempet2in foto jg.. J


Maaf Pak Kades.. Plang kantornya difoto ya..
Buat  bukti perjalanan.. ☺

Jalan menuju Curug Luhur dari Cinangneng
Jalan ini sebenarnya tanjakan yang panjang.
Tapi kalau di foto koq tampak datar ya..?

Jalan menuju Curug Luhur dari Cinangneng
Istirahat lagiii.. dalam perjalanan yg sangat melelahkan
Akhirnya.. stlh melewati 3 kali tanjakan yg cukup lumayan (25-an derajat) dan juga lumayan panjaaang, jam 14.25 gowesrut tiba juga di pertigaan/terminal angkot yg tidak tampak seperti terminal (cuma lapangan rumput). (Update: menurut gogel map, dari jalan dermaga ke terminal Tapos jaraknya 12,8 km. Kutempuh dalam waktu 4 jam.. hahaha.. payahhh..) Gowesrut bertanya pd supir angkot, kalau ke kanan ke mana dan klo ke kiri ke mana? Ke kanan ke Curug Seribu mas. Selain Curug Seribu, ada juga Wisata ke Kawah Ratu, Curug Cihuriang, Curug Ngumpet, Curug Pangeran, Curug Goa Lumut, Curug Kirana, Curug Cigamea, dan pemandian air panas. Masih 15-an km dari sini. Jalannya masih naik turun, tapi lebih banyak naiknya (sambil menunjuk ke atas bukit). Dan klo ke Curug Seribu nanti di parkiran, sepeda di parkir, dan dilanjut jalan kaki turun ke bawah sejauh 700 mtr. (Waduh, dalam kondisi yg sdh lelah teramat sangat, ga janji lha yauw.. kapan2 sajalah..) Klo ke kiri ke Curug Luhur, dgn jalan menurun, cuma ada 1 tanjakan pendek (jarak sekitar 1 km). Gowesrut memilih jalan ke kiri yg merupakan bonus yg sangat di harapkan sekali. Sayang di pertigaan ini gowesrut lupa mengambil gambar. Mungkin krn saking lelahnya dan senang mendengar jalan manurung, sampai akhirnya lupa mengambil gambar. Stlh mendapat bonus turunan dan sdkt ekstra bed, eh ekstra tanjakan, jalan pun kembali menurun. Senaang sekali dapat bonus. Tak lama tampaklah lokasi curug luhur dr kejauhan.. Jarum jam menunjukan angka 14.38 (Update: jarak dari terminal angkot ke Curug Luhur cuma 800 mtr kurang dikit)


Curug Luhur dari atas
Wajah yang tampak kelelahan tapi juga senang.. 
Mau nangis rasanya.. akhirnya bisa sampai juga..

Curug Luhur dari atas
Area wisata Curug Luhur dari atas
Setelah ritual foto foto, gowesrut turun lagi mendekati pintu masuk Curug Luhur


Area parkir Curug Luhur

Di Area parkir Curug Luhur
Perjalanan yang berat membuat gowesrut mau menangis terharu.
Koq seperti perjuangan ketika mendaki ke puncak gunung ya..?
Di depan pintu masuk Curug Luhur
Di depan pintu masuk Curug Luhur
Karena harga tiket masuk 30 ribu, gowesrut pun enggan utk masuk. Rasanya sayang klo cuma mau ngambil gambar curug saja mesti bayar 30 rb. Nanti kapan2 saja deh..
Gowesrut bertanya pd 2 org anak muda dekat warung ini, klo ke Bogor enak lewat mana ya? Lewat Ciapus mas, kata mereka. Klo lewat Ciapus ada tanjakan ga? Tanyaku kembali. Ga ada mas, tinggal turun terus dari sini, kata mereka. Oke, terima kasih.
Karena sdh sore dan  takut kehujanan, gowesrut pun mulai start utk pulang melalui Ciapus. Jalan dari depan pintu masuk Curug Luhur ke arah Ciapus menanjak dgn kemiringan 40-an derajat. Gowesrut harus menuntun sepeda dlm kondisi loyo sekali. Maka gowesrut kembali istirahat di warung kopi. Dengan memesan segelas teh manis seharga 3 ribu, gowesrut mengambil foto2 dari sudut seberang ketika datang. 27 tahun lalu (th 1985) ketika gowesrut mengikuti acara camping pramuka, kondisi masih alami sekali. Kolam renang belum ada, dan jalan pun cuma batu2 sebesar kelapa.


Kolam renang di Curug Luhur
Ada beberapa kolam renang dan 3 seluncur. Mungkin itu yang
membuat tiket masuk jadi Rp 30.000,- 


Area wisata Curug Luhur dilihat dari atas
Istirahat di warkop sambil menikmati view yg indah

Ga afdol rasanya klo ga ada fotoku dengan tunggangannya..  
Di warung ini gowesrut kembali bertanya, klo mau pulang ke jakarta enaknya lewat mana? Enak lewat Cibanteng mas, kata si pedagang. Nanti di depan ada pertigaan, klo ke kiri ke Cibanteng, ke kanan ke arah Curug Nangka dan Ciapus.
Stlh ½ jam beristirahat, jam 15.10 gowesrut pamit utk pulang. Setelah menuntun sepeda, alhamdulillah dapat bonus turunan. Tp hati-hati, karena setelah turunan yg curam, di ujung jalan berbelok ke kiri. Klo salah menikung, bisa nyungsep ke hutan. Stlh turunan, jalan menanjak cukup terjal dg kemiringan 30-an derajat. Dengan kondisi yg sdh payah sekali, gowesrut menuntun kembali sepeda. Stlh tanjakan, ada pertigaan ke arah Cibanteng. Tapi aku urung melewati jalan ke Cibanteng, mengingat waktu berangkat dari tanjakan berkah (sebelum masuk ke jln dermaga) sampai pertigaan Cibanteng, jalan menurun terus selama 20 menit. Kembalinya pasti payah, pikirku. Jadi aku mengambil jalan ke kanan menuju Curug Nangka dan Ciapus.
Tapi semprul, kata anak muda ketika di Curug Luhur, jalan ke arah Curug Nangka-Ciapus katanya tidak ada tanjakan, harus kulalui dengan susah payah. Pada jalur rooler coaster yg ke lima, aku sempat mengumpat kesal. Dancuk, Semprul, Sompret, Sontoloyo.. sdh 5 kali melewati tanjakan tajam, koq katanya ga ada tanjakan. Kurang asem..
Mulanya ketika melewati turunan tajam aku senang sekali. Kupikir benar jalan ke Ciapus tinggal turun terus. Tp di ujung turunan selalu berbelok tajam ke kiri dan terus menanjak terjal! Kampret, orang sdh loyo banget begini koq dibohongi.. Apa sih susahnya klo bilang masih ada beberapa tanjakan? Kataku dalam hati.
Setelah 8 kali turunan curam dan tanjakan terjal yg sangat menguras tenaga (seperti rooler coaster), jam 16.30 gowesrut sampai di prapatan ke Curug Nangka. Berarti jarak Curug Luhur ke prapatan Curug Nangka (jarak 8,5 km) kutempuh dalam waktu 1 jam 20 menit?! Lumayan.. Karena sdh sore, gowesrut cuma mengambil gambar di prapatan, dan terus bablas ke arah Bogor.


Pertigaan Curug Nangka
Pertigaan Curug Nangka
Alhamdulillah, setelah prapatan ini, cuma ada 1 tanjakan saja kira2 satu km dari prapatan, dan selebihnya adalah turunan sampai Bogor. Tanpa mengayuh  pedal, sepedaku melaju dengan cepat. Mungkin kecepatan bisa mencapai 70-80 km/jam. Beberapa kali gowesrut sempat membalap motor dan mobil tanpa mengayuh pedal!
Sampai di depan Istana Bogor/ Kebun Raya Bogor, gowesrut sempat chek waktu. Wow, jam 17.00! Berarti dari prapatan Curug Nangka hanya 1/2 jam. (jarak 8,3 km)
Di sini gowesrut menelpon teman di Parung, agar supir anak buahnya mau menungguku. Mungkin jam 19.30 aku sampai di sana. Aku minta tolong sekali agar supirnya mau menungguku. Alhamdulillah, supir temanku mau menunggu. Jam 17.30 aku sempat makan di warung padang prapatan semplak, agar tidak masuk angin. Jam 18.00 aku jalan kembali. Sesuai perkiraan, akupun sampai di rumahnya jam 19.30. Berarti 12 jam aku mengayuh sepeda hari itu! (Update: jarak dari rumah teman sampai ke Curug Luhur 45 km melalui jln dermaga. Pulang melalui Ciapus jaraknya 49 km. Total jarak pp 94 km) Sungguh amat sangat melelahkan dan over dosis, utk seorang pemula sepertiku !
Sepeda pun langsung naik ke mobil, dan setelah pamit pada teman, mobil pun melaju ke arah Jakarta.
Sampai di rumah jam 21.30, langsung mandi air hangat, dan tidurrrr…. Bangun pagi badan & kaki terasa kaku. Apalagi paha bagian depan, disamping kaku juga terasa nyeri dan sakit. Sampai mau menulis perjalanan ini rasanya malas sekali.
Update : Peta perjalananku ke Curug Luhur 



Lihat Gowes ke Curug Luhur (Bogor) di peta yang lebih besar

Informasi rute angkutan umum ke Curug Luhur:
Klo naik bis dari Jakarta (atau dari manapun)  turun di terminal bis Baranang Siang-Bogor. Dari terminal Berenang siang2  , naik angkot no 03 warna hijau ke Ciapus. Sebelum naik angkot, sebaiknya tanya dulu sampai ke Curug Luhur ga? Karena sebagian besar angkot cuma sampai Ciapus saja (rutenya memang Baranang Siang-Ciapus). Ongkos 7 ribu sampai Curug Luhur (klo penduduk setempat, klo bukan penduduk setempat 10 rb). Klo rombongan 10-an org, sdh pasti angkot 03 mau sampai ke Curug Luhur. Klo cuma sendiri atau berdua, bisa saja ke Ciapus dulu, dari ciapus nyambung lagi naik angkot 03 atau angkot biru (biasanya ada saja 1-2 angkot yg lewat Curug Luhur). Klo mau cepat ya naik ojeg 10 ribu (dari Ciapus ke Curug Luhur)
Klo naik kereta, dari stasiun kereta Bogor ada dua pilihan/alternatif.
Alternatif pertama, naik angkot apa saja/ dari jurusan mana saja ke terminal Baranang Siang/Ramayana. Dari sini naik angkot no 03 warna hijau ke Ciapus-Curug Luhur seperti di atas.
Alternatif kedua, dari stasiun kereta Bogor naik angkot jurusan Ciampea atau Lw Liang (angkotnya warna biru), turun di pertigaan Cinangneng (ongkos 3 rb). Dari pertigaan ini naik angkot warna biru juga, entah nomer brp, rata2 ada tulisan Tumaritis.
Klo rombongan 10-an org, bilang saja sampai ke Curug Luhur (pasti mau). Ongkos 7 ribu/org. Klo sendiri atau berdua, naik angkot ini cuma sampai terminal Tapos 1 (terminalnya lapangan rumput). Ongkos 5 ribu/org. Dari terminal/pertigaan ini ada aja angkot yg ngetem (warna biru atau angkot hijau no 03) yg lewat Curug Luhur. Ongkos 2 ribu/org (jaraknya cuma 800 mtr).
Ada juga bis Maya Raya dari Tanjung Priok jurusan Lw Liang lewat kampus IPB  dan Cinangneng. Dari Cinangneng naik angkot biru Tumaritis ke terminal Tapos 1 (klo rombongan bilang aja sampai ke Curug Luhur).
Jakarta 8 Juni 2012

0 komentar:

Post a Comment