Ad

4/3/12

Pengalaman Mendaki Puncak Gunung Gede



Gunung Pangrango
Bagi sebagian orang mungkin bertanya, ngapain sih cape cape naik gunung? Jalan kaki lagi. Enaknya apa sih? Pertanyaan seperti itu juga kerap muncul pada diriku, sebelum aku mencobanya.




Di thn 1991, salah seorang teman usul gimana kalau sekali-kali naik gunung, biar ada selingan. Aku dan 3 temanku yang lain pun menyetujuinya. Maka disusunlah rencana, gunung apa yang akan dituju, perlengkapan apa saja yang mesti dibawa, dan hari apa berangkat. Setelah disepakati, kami memilih gunung Gede Pangrango sabagai tahap awal. Kamipun berbagi tugas untuk meminjam tenda, mengumpulkan perlengkapan masak, meminjam lampu/senter, membeli beras -ikan asin -sarden -mie instant, dan mengurus surat jalan dari polsek (baru sekali ini jalan2 kami bawa surat jalan).



Pada hari yang telah ditetapkan, sabtu pagi (tanggalnya lupa, bulannya juni kalau tidak salah) kami berlimapun berangkat menuju Cibodas - Jawa Barat. Sampai di sana sekitar jam 12 siang, kami pun istirahat sambil makan siang di warung dekat pintu gerbang. Setelah cukup beristirahat, kami melanjutkan masuk ke areal taman wisata cibodas, terus ke pos penjagaan utk memasuki  area pendakian. Namun sayang, di pos itu kami ditolak karena belum minta surat lapor minimal seminggu sebelumnya. waduh.. repot juga nih.. pikir kami. Kamipun mencoba meng-akrab-i salah seorang petugas, sambil memelas sudah datang jauh2 masa tidak bisa masuk? Tak lupa kami berikan sebungkus rokok sebagai pelicinnya (Klo olie ga mau,..). Dan hasilnya.. hore... akhirnya kami  boleh masuk dengan syarat hanya sampai Lokasi Air terjun Cibeureum. Kamipun senang sekali, ya ngga apa2 deh, daripada ga bisa sama sekali. Lalu bawaan kami diperiksa satu persatu, sabun-sabun dan odol disita semua.


Perjalan menuju Air terjun Cibeureum lumayan melelahkan, walau sebenarnya tidak terjal-terjal amat. Kami sampai di Cibeureum sdh sore hari, dan tendapun kami pasang. Alhamdulillah masih dapat tempat, karena waktu itu banyak juga yang camping. Teman yg lain menyiapkan masak, mengambil air, ya berbagi tugaslah.. Setelah tenda terpasang, kami mandi di Air terjun, hiii... dingin amaaaattt.... Selesai mandi, makananpun telah matang, nasi, mie instant, ikan asin.. mantaaappp... Kami makan dengan lahap, seperti orang belum makan 3 hari. Pancipun bersih sampai kerak2nya.. hehehe.. bukannya rakus lho..?! Kami melewati malam sambil bernyanyi-nyanyi, dengan alat  musik tutup panci, sendok, piring, dan mulut. Seru juga.. kocak.. pokonya asyik deh.. Setelah ngantuk kamipun tidur. ngookk.. grrrrhhh.. ngookk.. grrhhh...


Air terjun Cibeureum, Gunung Gede
Esoknya, setelah mandi dan makan, dan melipat tenda tentunya, kami melanjutkan perjalanan menuju puncak. Sebenarnya perjanjian dengan petugas pos jaga cuma sampai di Cibeureum sini saja. Tapi kami nekat utk terus lanjut. Tanggung..
Track pendakian sudah mulai menanjak 30-an derajat. Cukup berat bagi orang2 yang tidak terbiasa mendaki seperti kami. Sampai di pancuran Air panas pun rasanya berat sekali. Di pancuran air panas,  jalannya sempit dan berbahaya. Sebelah kirinya tebing yang mengeluarkan air panas, dan di sebelah kanannya jurang yang dalam. Serem juga liatnya.


air panas Gunung Gede
Air panas Gunung Gede. (Pendakian ke 4)
air panas Gunung Gede
Air panas Gunung Gede. (Pendakian ke 4)

Makanya kalau lewat sini, diusahakan jangan berpapasan dengan orang yang mau turun. Setelah melewatinya, kami beristirahat sambil masak2. Cukup beristirahat lalu kami melanjutkan perjalanan. Setelah  2 jam-an berjalan, track mulai terjal dengan kemiringan 45 derajat. Waduh.. semakin tambah berat bagi kami. Berjalan sedikit, berhenti istirahat, jalan lagi sedikit, istirahat lagi. Setelah 4 jam kami berjalan dari pancuran air panas, teman2ku mengajak mundur alias nyerah. O ya 4 jam perjalanan paling baru 2-3 km saja.. haha.. Akhirnya kami kembali ke Cibeureum lagi, pasang tenda, masak, makan, nyanyi2, tidur lagi..
Esok paginya kamipun pulang, dengan harapan kapan2 bisa sampai ke puncak gunung Gede.


11  tahun kemudian, thn 2002 di bulan Januari, temanku yang katanya sudah beberapa kali sampai ke puncak, mengajakku mendaki. Akupun langsung setuju, dan kami pun berangkat bersama 2 teman lagi. Jadi kami semua ber-empat. O ya, pekerjaanku saat itu adalah pedagang, dengan membuka toko kelontong di rumah. Jadi aku sedikit bebas, kapan aku mau libur..


Pada hari yang telah disepakati, kami berangkat menuju sasaran, namun dari track Gunung Putri, Cipanas. Dari Jakarta  naik bis jurusan Cianjur, turun di pasar Cipanas, lalu naik angkot yang ke dalam. Sampai di sana sekitar jam 1, kami istirahat, dan makan siang di warung. 1 jam kemudian, kami menuju pos jaga yang jaraknya cukup dekat. Kata teman kami yang sudah pernah melalui track ini, katanya ga perlu surat lapor. Kenyataannya kami harus bikin surat lapor dulu, dan bikinnya di Cibodas lagi.. walah.. Repotnya petugas disini ga bisa disogok! wadoohh.. lalu kami menjauh dari pos dan berembug gimana cara mengatasinya. Mau pulang sudah tanggung.. 


Lalu kami memutuskan utk menyelinap mengambil jalan memutar nanti malam. Maka kamipun beristirahat di Mushola dekat situ. Disini kami ketemu rombongan lain beranggotakan 3 orang, yang mengalami nasib serupa. Tumben ketat banget gini, kata mereka, yang kami iyakan (kami baru tahu kemudian, ternyata lagi ketat karena waktu pendakian masih ditutup, kecuali bagi orang2 mapala). Kami pun membicarakan rencana "penyelinapan" nanti malam, dan kami sepakat bergabung.


Setelah maghrib, kami pun melakukan penyelipan, dan... uhuy... berhasil... Kami pun terus berjalan tanpa suara, tanpa kata-kata, tanpa senter, mengikuti temanku yang sudah pernah melalui track sini. Setelah cukup jauh, baru kami mulai berani buka suara. Kami memutuskan terus melanjutkan pendakian sampai pagi. Kenapa? Rupanya inilah trik para pendaki unutk melawan udara dingin! oo.. baru tau aku..


Track pendakian benar2 menakjubkan! Karena tracknya sangat terjal dengan kemiringan 45 sampai 90 derajat! Wow... Dahsyat! Dengan susah payah kami terus berjuang, dengan tujuan.. Puncak gunung ini! Beberapa kali kami beristirahat sekedar bikin kopi, atau makan mie rebus. Pas, menjelang pagi akhirnya kamipun sampai di puncaknya..
Senangnya...
bahagianya...
terharu...
bangga...

Tapi........
eit, entar dulu.. koq masih ada gunung yang lebih tinggi lagi ya? kata teman yang lain. Kan Gunung Gede hampir sama tingginya dengan Gunung Pangrango? Ini koq selisihnya cukup tinggi? Temanku yang sudah pernah sampai Puncak Gunung Gede diam saja. Rupanya dia menyadari kalau ini bukan di Puncak Gunung Gede. Dan lagi ada padang rumput luas "Surya Kencana" yg harus kami lalui terlebih dahulu.. tapi ini koq tidak ada? Apa sudah dijual padang rumputnya?
Kami mengelilingi puncak itu, dan semua arah adalah jurang dengan pepohonan yang sangat lebat! Berarti kami sudah berada di puncak!, tapi pada gunung yang salah!!
Ya amploopp...
sudah cape2..
kami nyasar bro..!!
jan... kepriben iki...?
Ya sudah, kami beristirahat dulu, rebahan sambil masak2 dan bikin kopi.
Di puncak gunung ini kami juga menemukan bunga Eidelweis, tapi ga bisa terjangkau karena dikelilingi rumput tinggi-tinggi yang kami curigai itu adalah jurang!
Setelah sarapan, kami pun menuruni gunung itu dengan satu kebanggan dan candaan-candaan. Ya, paling tidak kami telah menaklukkan 1 gunung! hehehe...

Siangnya kami sampai di bawah, dan bertemu beberapa petani yang sedang mananam sayuran. Kami 'say hello' pada mereka. Ada seorang petani menanyakan berapa orang waktu naik, dan apa semuanya sudah turun? Kami jadi tertarik dengan pertanyaan petani ini, dan kami pun mengorek keterangan lebih jauh darinya. Dia pun menjelaskan bla bla bla bla...

Ooo rupanya sudah banyak orang yang hilang di gunung itu, karena memaksakan diri mencari jalan menuju Puncak Gunung Gede. Padahal sekeliling gunung itu benar2 jurang! Bahkan 2 minggu yang lalu, kata petani itu, ada 2 pendaki yang terperosok karena ingin mengambil bunga Eidelweis yang dikeliling rumput tinggi, yang rupanya benar dugaan kami itu adalah jurang! Mayatnya diketemukan 3 hari kemudian di jurang itu! O'sraaammm.... Untung kami tidak berniat mengambilnya..

Sore itu juga kami pulang ke Jakarta dengan membawa satu kebahagiaan... dapat menaklukkan satu gunung angker.. gunung Tange, kata orang sekitar situ.

Beberapa bulan kemudian, dalam memperingati HUT Kemerdekaan RI yang ke 57, TV7 mengadakan acara "Jejak Petualang" ke Puncak Gunung Gede. Dengan Presenternya, Riyani Djangkaru. Aku dan teman-teman pun mendaftar dan harus menjadi 2 grup, karena 1 grup hanya 5 orang. Dan tracknya dimulai dari Gunung Putri! Dimana kami pernah nyasar..


Para peserta yang mengikuti acara "jejak petualang" ini berkumpul di Lapangan Parkir Timur Senayan pada tanggal 16. Dari sini kami diangkut dengan truk TNI ke Gunung Putri.  Banyak juga yang mengikuti acara ini, ada sekitar 200-an orang. Sampai di Gunung Putri sekitar jam 10, dan jam 12 kami memulai pendakian. (Kami mengingat-ingat track waktu nyasar ke Gunung Angker -Tange. Ow, ternyata 8 bln lalu kami nyasar, karena kami berbelok sebelum waktunya. Pantes dulu kami nyasar). Tracknya pun ga kalah berat dengan ke Gunung Tange. Malah ini lebih berat, karena lebih panjang/jauh. Melelahkan sekali, tenaga sangat terkuras. Kami terus bertekad bisa sampai di puncak!
Beberapa kali kami harus berhenti mengatur nafas yang ngos-ngosan. Kami berhenti tetap dalam posisi berdiri, agar tidak terasa berat kalau mau lanjut berjalan lagi. Ada beberapa pos pada jarak-jarak tertentu untuk istirahat disini. Banyak juga regu lain yang memanfaatkan pos-pos ini untuk beristirahat duduk-duduk, atau tidur-tiduran. Regu kami hanya memanfaatkan untuk masak dan makan siang, serta bikin kopi.


Menjelang sore, regu kamipun tiba di padang Mashar, eh padang "Surya Kencana". Indaaahh.. sekali.. Bila kami melihat ke belakang, terlihat pemandangan nun jauh di bawah sana, yang sangat indah. Melihat ke depan, terlihat padang rumput yang sangat luas memanjang, diapit oleh dua gunung. Di sebelah kanan Gunung Gede, dan di sebelah kiri entah apa nama gunungnya, tapi memanjang seperti bukit barisan.


 Taman Surya Kencana
Taman Surya Kencana

Taman Surya Kencana
Perasaanku pada saat pertama kali sampai di padang ini, segala macam perasaan bercampur baur.
Senang yang amat sangat...
Bangga... 
Terharu...
Pokoknya macam2 deh...


Di padang Mashar ini, eh padang Surya Kencana, kami memilih tempat untuk memasang tenda. Tapi sayang, kami tidak boleh dekat-dekat dengan tendanya Riani Jangkaru dan teamnya.
Tenda untuk peserta dipisahkan jaraknya dengan tenda-tenda panitia. Setelah semua regu memasang tenda, memasak, dan makan-ngopi, kami diberi tahu nanti malam (tgl 16 Agustus malam) utk berkumpul dengan acara membakar Api Unggun dan acara-acara lainnya. Tapi sayang... na'as.. malam itu hujan lebat sekali dan terus berlanjut gerimis sampai pagi.


Kami semua masuk tenda masing-masing. Kami membawa tenda yang agak besar, karena kami 2 regu. Udara di dalam tenda terasa dingin sekali.. teramat dingin.. mungkin suhu waktu itu minus nol derajat. Kamipun memakai baju dan celana berangkap-rangkap, memakai jaket, ditambah lagi sarung, dan mencoba tidur. Tapi udara yang sangat dingin itu tetap menembus pakaian kami. Di bawah kami, rumput-rumput yang dialiri air hujan yang mengalir. Walau dilapisi terpal plastik, tidurpun tetap menggigil, bahkan kakiku beberapa kali keram. Beberapa temanku pun mengalami hal yang sama. Mencoba terus tidur, tapi sering terbangun karena menggigil atau keram kaki. 


Tengah malam, regu kami bangun semua, makan nasi, mie instant, ngopi, utk melawan udara yang sangat dingin itu. Yang unik waktu masak mie di sini, kami bisa mengaduk mie yang mendidih dengan jari tangan langsung!! Minum kopi pun tidak lebih dari 5 menit harus sudah diminum!


Kami membayangkan, kalau begini  sebenarnya di rumah enak ya.. Tapi kalau di rumah, kami belum tentu merasakan enaknya. Maafkan kami ya Allah.. kalau kami kurang mensyukurinya.. Semoga setelah camping ini, kami dapat mensyukuri nikmatnya tinggal di rumah walau hanya gubuk kecil sekalipun.
Di luar masih gerimis tak henti-henti. Mau merebahkan badan kembali, lantai terpal terasa lebih dingin. Maka kamipun duduk merapatkan diri menjadi 2 barisan yang saling membelakangi dan punggung teman buat sandaran masing-masing. Kompor gas terus dinyalakan agar udara di dalam berkurang dinginnya. Akhirnya kami dapat tidur nyenyak walau kadang kadang terjatuh.


Paginya, alhamdulillah hujan sudah reda. Team medispun berkeliling kalau-kalau ada yang sakit atau perlu obat. Setelah semua regu sarapan pagi, kamipun mengadakan Upacara Peringatan HUT Kemerdekaan RI 17 Agustus. Upacara begitu khidmat.     
Selesai upacara diadakan beberapa lomba. Alhamdulillah, aku sempat memenangkan 1 perlombaan mengikuti gaya seperti iklan sebuah provider simcard hp. Hadiahnya topi, dan beberapa kaos peserta sponsor. Hadiahnya diambil oleh teman temanku, dan aku hanya kebagian 1 kaos sponsor tv.


Selesai semua acara, semua regu pun mendaki puncak Gunung Gede yang hanya tinggal 1/2 jam perjalanan. Sebenarnya dekat, tapi karena menanjak jadi agak lama. Tiba di puncak, kami beristirahat, dan foto-foto.


Puncak Gunung GedeKawah Gunung Gede

Puncak Gunung Gede
Puncak Gunung Gede














Setelah itu, semua regu turun melalui jalur Cibodas. Turunnya lebih cepat, karena badan nyelonong sendiri turun ke bawah dengan kecepatan 100 km/jam! hehehe.. nggak deh.. Tidak sampai 6 jam kami sudah sampai di pelataran parkir Cibodas, dan sore itu juga kami diantar pake truk militer sampai ke Parkir Timur Senayan, Jakarta.


Tahun depannya, aku mendaki gunung ini kembali bersama 4 orang temanku. Dan tahun berikutnya aku bersama teman teman ikut acara "Jejak Petualang" kembali ke Gunung Bromo, dengan presenternya masih Riyani Djangkaru. Lain waktu akan saya tuliskan pengalaman mendaki Gunung Bromo.


Gitcu aza pengalamanku mendaki Gunung Gede yang dapat kutulis...


Lihat foto-foto di Gunung Gede

0 komentar:

Post a Comment