Kamis, 2 September 2010, berangkatlah aku dengan partnerku/kenek jam 7 pagi dari rumah naik taksi. Jam 7.30 kami tiba di Bandara, argometer taksi menunjukkan angka 80 ribu lebih sedikit. Dengan biaya Toll 13.000, jadi 94.000. Aku kasih si supir taksi selembar 100 ribuan sisanya buat uang tip dia. Lumayan tidak terlalu mahal kalau dari tempatku di Palmerah. Saat chek-in aku minta tempat duduk di pinggir jendela sebelah kanan agar dapat menikmati pemandangan di bawah nanti. Setelah menunggu sekitar 2 jam, barulah penumpang dipersilahkan memasuki pesawat. 5 menit kemudian terbanglah si burung besi ini ke angkasa. Untung aku bisa dapat tempat duduk di sisi kanan paling pinggir, jadi aku bisa melihat jalan macet di pantura, melihat gunung gunung, sungai yang meliuk-liuk seperti ular. Kalau duduk di sebelah kiri pemandangannya cuma lautan saja.
Setelah 2 jam terbang, pesawat transit dahulu di Makasar. Penumpang yang akan melanjutkan penerbangan diminta turun dan lapor ke bagian transit. Kami pun turun dan lapor, setelah itu dipersilahkan masuk kembali menaiki pesawat yang berbeda. Rupanya kami ganti pesawat bermesin baling baling. Nanti kalau baling balingnya macet diganti dengan baling baling bambu punya Doraemon, kataku berkelakar pada temanku. Setelah penumpang semua naik, pesawat melanjutkan penerbangan ke Palu. Perut sudah mulai terasa lapar, tapi kalau naik pesawat dari maskapai ini tidak dapat apa apa. Bahkan air minum saja tidak dapat. Kalau haus bisa membeli air mineral sama pramugari, ukuran 600 ml harganya 10.000 sajaaa..
Setelah 45 menit penerbangan, mendaratlah pesawat dengan mulus di Bandara Mutiara, Palu. Kota Palu dikelilingi oleh pegunungan di sebelah barat, selatan dan timur. Sedangkan di sebelah utara lautan. Jadi kalau pesawat datang dari arah selatan harus mengelilingi kota dulu untuk mengurangi ketinggian.
Waktu telah menunjukkan pukul 14 waktu setempat, dengan selisih waktu 1 jam lebih cepat dari waktu Jakarta. Penumpang yang turun langsung menuju ruang bagasi. Setelah 10 menit baru koperku muncul. Segera aku mengambilnya, dan aku kaget mendapati koperku telah dibuka paksa (dicongkel) kuncinya. Waktu di rumah aku sempat menyimpan uang dalam koper. Untung sebelum keluar rumah aku ambil lagi uang itu, kusimpan di kantong celana saja biar tenang, pikirku saat mau keluar rumah. Setelah kuperiksa sebentar, tidak ada barang yang hilang karena isinya cuma baju dan dokumen pekerjaan. Sebelum keluar Bandara kami mencari kantin dahulu, karena badan lemes sekali. Puasa pun batal hari itu, tapi kalau musafir kan dapat dispensasi ya..? Selesai makan aku bertanya pada pegawai kantin kalau naik taksi kira kira berapa ongkosnya. Dia bilang kalau naik taksi 5.000 tapi tidak ada di areal Bandara. Lho itu apa? tanyaku sambil menunjuk deretan taksi yang sedang mangkal. O kalau di sini taksi itu angkot mas, kata pegawai kantin. Kalau yang itu Argo, katanya lanjut. Ooo ya ya.. terima kasih mba.. kataku padanya. Setelah itu aku naik argo ke jalan Sis Al Jufri, Ruko Palu Plaza dengan ongkos 100.000. Jaraknya kurang lebih 20 km dari Bandara.
Di Bandara Mutiara Palu. |
Sampai di lokasi bank yang akan kugarap, aku melapor pada pimpinan bank tersebut. Pimpinannya seorang ibu yang cantik dan friendly. Setelah tanya jawab dan menjelaskan beberapa hal pada pimpinan, aku pamit untuk mencari kost-kost an atau kontrakan kamar kalau ada. Beruntung ada pegawai bank itu yang pernah kost di dekat-dekat situ. Kami pun diantar oleh pegawai tersebut ke rumah kost-an itu. Setelah sampai di kost-an, si ibu kost menjelaskan kalau mau kost walau cuma untuk seminggu-dua minggu, bayar tetap untuk sebulan. Sebulan 150.000, katanya. Di tengah kota tapi koq murah sekali pikirku. Wah mujur nih aku. Tanpa menawar lagi aku langsung bayar sewa kost tersebut. Si pegawai bank pun pamit kembali ke kantor, tak lupa kuucapkan banyak terima kasih padanya. Ini rumah kost yang aku tempati.
Kakak dan adik, anak pemilik kost |
Dengan anak pemilik kost |
Karena bank ini sudah operasional, maka kami menggarap proyek jaringan data dan telpon ini pada malam hari. Tapi karena kami baru sampai pada sore hari dan rasanya juga masih lelah, maka malam itu kuputuskan istirahat dulu. Paginya kami berjalan-jalan mengelilingi kota Palu naik taksi. Masyarakat sini menyebut taksi, maksudnya angkot. Memang angkot di sini tidak mempunyai rute tetap seperti di Jakarta. Jadi kita tinggal naik saja dan menyebutkan mau turun di mana pada supir angkot. Nanti kita akan di antar sampai depan rumah`atau gang setelah muter muter mengantar penumpang lain. Jadi mirip taksi juga ya. Sore kami pulang ke kost-an.
Jalan jalan di kota Palu |
Malamnya (jum'at malam) kami mulai menggarap nonstop sampai senin pagi. Mumpung sabtu minggu bank lagi libur, pikir kami. Senin pagi kami pulang ke kost-an, dan malamnya setelah sholat tarawih kami lanjutkan pekerjaan sampai pagi. Begitu seterusnya.
Rabu malam pekerjaan kami tinggal menyelesaikan di ruang server. Bank sudah tutup operasional sampai selasa minggu depan. Jadi aku sedikit tenang menyelesaikan pekerjaan di ruang server. Karena ruangannya sempit sekali, maka kami harus membongkar rak server lama yang menempel di dinding terlebih dahulu. Sebelumnya aku harus melepaskan dan mengeluarkan router dan servernya dahulu. Otomatis jaringan komputer dan ATM tidak berfungsi untuk sementara. Setelah membongkar rak lama, baru aku merakit rak server yang baru, modelnya seperti kulkas atau frezher. Sementara aku merakit rak server, teman mengerjakan terminasi kabel multipair (20kabel/10 pair) di box depan yang menghubungkan kabel telpon dari telkom dengan jaringan telpon di dalam, setelah memutus hubungan ke jaringan yang lama. Sebelumnya aku kelompokkan dahulu kabel yang akan dihubungkan sesuai dengan warnanya, agar temanku tidak salah menghubungkan atau tertukar kabelnya. Setelah memberi pengarahan, aku melanjutkan merakit rak.
Selesai merakit rak, teman juga sudah selesai terminasi kabel multipair. Lalu kami terminasi kabel utp ke modul-modul, dan merapihkan kabel kabel tersebut agar tidak kelihatan semrawut. Setelah rapih baru aku masukkan router dan server ke dalam rak dan mencolokkan kabel kabel utp-nya. Selesai, test, alhamdulillah bagus. Beres jaringan komputernya. ATM pun sudah bisa berfungsi kembali. Waktu menunjukan pukul 3 pagi. Lalu kami rapihkan ruang server dan kami bersihkan. Jam 4 pagi beres.
Rak server |
Router dan server dalam rak server |
Tinggal jaringan telponnya yang menemui masalah. Fax dan dua nomor telpon tidak dapat berfungsi. Test jaringan dalam oke, settingan pabx juga oke, tetap dua nomer masih belum berfungsi. Waduh, apa masalahnya nih..? Sampai jam 7 pagi baru Fax yang sudah bisa kuselesaikan masalahnya, sementara mata sudah tidak kuat untuk melek. Ya sudah, kami pun tidur dulu di bank itu, karena biasanya kalau ngantuk pikiran tidak bisa konsen.
Sebelum tidur aku telpon orang kantor minta dibelikan tiket untuk nanti malam atau besok pagi (lebaran hari pertama), karena aku yakin nanti sore pekerjaan bisa selesai. Tapi 10 menit kemudian aku di telpon oleh orang kantor, kalau tiket pesawat kamis malam atau hari pertama lebaran (jum'at) sangat mahal sekali, di atas budget kantor. Kalau untuk hari Sabtu tiket sudah turun jauh. Bahkan Garuda saja cuma 780.000, kata orang kantor. Ya sudah, berarti lebaran hari pertama saya masih harus di Palu. Nasib.. Biarin deh, jadi tahu tradisi lebaran di Palu, pikirku. Untung teman juga memaklumi keadaan.
Siang aku terbangun tapi lanjut tidur lagi deh, karena toh pulang masih 2 hari lagi. Nyantai sajalah.. Sore baru kami bangun, mandi, dan segera memeriksa masalah. Setelah satu persatu ditelusuri dan dites, pabx disetting ulang, makan sore dulu, sholat maghrib dulu, tapi masih tetap 2 nomer belum berfungsi. Kesimpulanku, jangan-jangan temanku salah/tertukar waktu mengonek kabel multipair kemarin. Aku pun keluar untuk memeriksa kabel yang dikonek oleh temanku kemarin. Dan ups.. di luar ramai sekali orang orang yang takbiran keliling menggunakan motor atau mobil. Waktu sudah menunjukan pukul 8 malam. Kami jadi nonton dulu melihat ramainya orang takbiran, sambil istirahat sejenak dan ngopi plus makan gorengan. Setelah 1/2 jam baru aku mulai memeriksa kabel yang telah dikonek oleh temanku kemarin. Jadi orang orang takbiran, aku malah masih kerja. Edan.. hehehe..
Kubuka tutup box telponnya, dan oalah.. rupanya kabel multipair dipotong pendek oleh temanku kemarin. Pantes kabel yang berjumlah 20 (10 pair) jadi tertukar, karena ia belum tahu tehnik mengupas kabel agar tidak tertukar warnanya. Pantes kemarin ngonekin koq lama, kataku dalam hati. Setelah mengkupas ulang dan aku konekin kembali, testing, berhasil deh.. Maka selesailah pekerjaan kami..
Aku segera menelpon ibu pimpinan bank ini, kira kira kapan beliau atau pegawai yang mewakili beliau mau mengetes, memeriksa, dan menanda tangani Berita Acara Pekerjaan. Rupanya beliau sudah pulang kampung dari hari rabu malam ke kampungnya yang masih di Sulawesi. Ia minta waktu 5 menit untuk menghubungi bawahannya dan akan menelponku nanti. Setelah 5 menit beliau menelponku dan berkata, karena malam takbiran, jalan macet di mana-mana, jadi tidak ada pegawai bawahannya yang bisa datang ke kantor malam itu. Atau mungkin juga bawahannya sudah pada pulang ke kampung halaman masing-masing. Beliau memaklumi bawahannya karena memang hari raya lebaran, dan beliau juga kasihan sama kami. Jadi biar ditest dan ditanda tangani oleh satpam yang bertugas malam itu. Mantab..! Lalu beliau menelpon si satpam agar mengetest dan menanda tangani BA. Setelah ditest oleh satpam dan semua sudah oke, maka BA pun ditanda tangani oleh si satpam atas nama pimpinan. Darurat. Alhamdulillah beres..
Aku mengobrol sama satpam sampai jam 12 malam lebih sambil menonton lalu lalang orang takbiran yang masih ramai saja. Karena sudah mulai ngantuk, aku pamit sama satpam untuk pulang ke kost-an. Sampai di tempat kost rupanya anak anak kecil masih ramai bermain main di jalanan. Sudah hampir jam 1 masih ramai aja, kata temanku. Karena lelah, kami pun langsung menuju ke kamar dan tidur.
Paginya setelah sholat 'Idul Fitri dan selesai mendengar khotbah, kami langsung pulang ke rumah kost. Perutpun sudah lapar, sementara si pemilik kost belum pulang dari masjid. Mau makan makanan yang ada di atas meja, karena belum ditawarkan oleh pemilik kost, maka kami tidak mau memakannya. Akhirnya kami pun keluar rumah mencari warung nasi atau warung sembako kali aja ada yang buka. Kami berjalan keliling pasar tidak ada satupun orang berjualan atau warung yang buka. Sementara badan tambah lemas karena berjalan muter muter. Setelah satu jam berkeliling, dengan putus asa kami pulang ke rumah kost, dengan harapan pemilik kost sudah pulang ke rumah. Rupanya Allah Maha Berkehendak. Dalam perjalanan pulang sudah hampir sampai rumah, ada sebuah warung yang buka! Kami pun membeli 4 bungkus mie instant, 4 telor, dan rokok. Lebaran buka bu? tanya kami pada pemilik warung. Niatnya sih tidak buka, tapi barangkali aja ada orang yang butuh sesuatu, kasihan, kata si ibu. Ya, itu kami bu! jawab kami tak lupa berterima kasih.
Sampai di rumah, pemilik kost belum juga pulang dari masjid. Ada acara apa sih koq lama banget di masjid ya? tanya temanku padaku. Lalu kami masak mie instant dan telornya sekaligus. Setelah matang, kami makan lahap sekali karena sudah sangat lapar. Kenangan indah nih, lebaran makan mie instant, kata temanku. Kamipun tertawa..
Setelah makan dan beristirahat, barulah pemilik kost pulang dari masjid. Beliau menyuruh kami makan, dan kami jawab masih kenyang bu, tadi makan 4 bungkus mie instant berdua. hehehe.. (rakus). "Ya ampuuun... kasihan..." kata beliau. "Kenapa ga makan aja makanan yang ada di meja?" tanyanya. "Belum ditawari bu, takut dosa.." jawab kami. "Nanti kalau lapar makan aja yah.." kata beliau. "Beres bu!" jawab kami. Si ibu pun menjelaskan, tradisi di sana selesai sholat 'ied dan khotbah, mereka bermaaf-maaf an dan bersilaturahmi di masjid. Jadinya lama. Nanti setelah sampai di rumah tinggal tidur kalau masih ngantuk, tidak lagi bersilaturahmi dari rumah ke rumah. Nanti sore baru silaturahmi ke famili yang jauh rumahnya. oo.. begitu.. jawab kami mengangguk-angguk kepala. Lalu mereka pun tidur lagi karena masih ngantuk. Pantesan jam 1 malam masih ramai. Rupanya mereka pada begadang toh? Jam 11 siang kami berjalan jalan ke depan. Di jalan sepi sekali. Tidak ada angkot, beca, motor, mobil, atau orang berjalan kaki. Paling ada 1-2 orang atau motor/mobil. Rumah rumahpun pintu dan jendela tertutup semua. Jadi seperti kota tak berpenghuni, kata kami. Kontras sekali dengan di daerah lain.
Pulang jalan jalan kaki, kami makan di rumah kost. Nyobain masakan khas lebaran masyarakat sana, 'sop kaledo' dan 'lontong ketan' (Opor ayam dan ketupatnya orang Palu). Sop kaledo singkatan dari sop 'kaki lembu donggala'. Rasanya mirip sop kaki tak bersantan. Enak juga..
Sore hari baru mulai kelihatan ramai di jalan jalan. Angkot (taksi) sudah banyak yang berkeliaran. Sore itu aku di telpon oleh orang kantor, mau naik pesawat apa besok. Kalau pagi ada Batavia, dan Lion. Garuda juga lagi murah, tapi jam 5 sore. Karena belum pernah naik Garuda, ya kami pilih Garuda sajalah.
Esok siangnya kami pamit pada ibu kost mau pulang. Kami disuruh makan dulu olehnya. Makan sop kaledo yang terakhir di kota Palu. Setelah makan kami pamit pulang. Sedih juga rasanya, walau cuma seminggu di sana. Setelah sampai Bandara dan menunggu, aku memberikan tebakan pada temanku. "Orang Indonesia mana yang kuat?" tanyaku. "Orang Palu! Tidur di palu ga gepeng, Mandi di palu ga mejret, malah seger.." jawab teman. hehehe..
Jam 5 sore pesawat kami tinggal landas. Dadah kota palu.. Ada kenangan unik selama kami di sana..
Jam 8 malam kami sudah sampai rumah.
Rasanya seperti mimpi, siang makan di kota palu, malam sudah di rumah..
0 komentar:
Post a Comment