Ad

4/6/12

Secangkir Kopi


Dalam sebuah acara reuni, sang guru memperhatikan dan mendengarkan para alumni membicarakan kesuksesan mereka.


Sang guru kemudian ke dapur dan mengambil seteko besar kopi panas dan beberapa cangkir yang berbeda-beda. Mulai dari cangkir yang terbuat dari kristal, kaca, melamin, dan plastik.

Kemudian ia meminta para alumni untuk mengambil cangkir dan mengisinya dengan kopi. Setelah semua alumni mengisi cangkirnya dengan kopi, ia berkata, "Perhatikanlah bahwa kalian semua memilih cangkir yang bagus, dan kini yang tersisa hanyalah cangkir yang murah dan tidak menarik. Memilih hal yangterbaik adalah wajar dan manusiawi. Namun persoalannya, ketika kalian tidak mendapatkan cangkir yang bagus perasaan kalian mulai terganggu. Secara otomatis kalian melihat cangkir yang dipegang orang lain dan mulai membandingkannya. Pikiran kalian terfokus pada cangkir, padahal yang kalian nikmati bukanlah cangkirnya melainkan kopinya."


Hidup kita seperti kopi dalam analogi cerita di atas, sedangkan cangkirnya adalah pekerjaan, jabatan, dan harta benda yang kita miliki. Jangan pernah membiarkan cangkir mempengaruhi kopi yang kita nikmati. Cangkir bukanlah yang utama, kualitas kopi itulah yang terpenting. Jangan berpikir bahwa kekayaan yang melimpah, karier yang bagus, dan pekerjaan yang mapan merupakan jaminan kebahagiaan. Itu konsep yang sangat keliru. Kualitas hidup kita ditentukan oleh "Apa yang ada di dalam", bukan "Apa yang kelihatan dari luar".

Apa gunanya kita memiliki segalanya, namun kita tidak pernah merasakan damai, sukacita, dan kebahagiaan di dalam kehidupan kita?. Itu sangat menyedihkan, karena itu sama saja seperti kita menikmati kopi basi yang disajikan dalam sebuah cangkir kristal yang mewah dan mahal. Kunci menikmati kopi bukanlah seberapa bagus cangkirnya, tetapi seberapa bagus kualitas kopinya.

Selamat menikmati secangkir kopi kehidupan....

0 komentar:

Post a Comment